Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Renungan Singkat

Merry Christmas

sudah begitu lama saya tidak menulis apapun di blog ini, memang, kesibukan dan adaptasi di awal-awal perkuliahan membuat saya tidak begitu aktif menulis lagi. Kemarin malam saya berkesempatan untuk menghadiri sebuah perayaan malam natal di sebuah gereja di Bandung, tepatnya di daerah Jalan Cikapayang, Dago. GII Hok Im Tong (saya tidak tahu apa artinya Hok Im Tong) menjadi tempat dimana saya beribadah minggu dan ibadah pra natal akhir-akhir ini. Sebuah khotbah mengenai Chronos dan Kairos [beberapa kata yang tentunya sudah sering kita dengar dalam Pendalaman Alkitab], khususnya anugerah menerima Kairos yang didapatkan oleh orang-orang majus, memberikan pemahaman baru tentang etos kerja bagi saya. Teologi Stewardship yang sering saya dengar, mengutamakan profesionalitas atas bekerja, doing best before God. Dan dengan memahami bahwa Chronos adalah sesuatu yang harus kita gunakan secara maksimal, dan memahami kairos serta menggunakannya [tidak menyia-nyiakannya] Karena anugerahl...

It's NOT About Me. Best Part (I)

Martin dan Gracia Burnham menikah dengan pekerjaan misi dalam hati mereka. Selama tujuh belas tahun mereka melayani Tuhan di Filipina. Dengan tiga anak yang lahir di lading misi dan keahlian-keahlian yang sangat berharga dalam program aviasi pelayanan, mereka menyesuaikan diri dengan iklim dan sangat penting bagi pekerjaan itu. Ia, tulus ikhlas. Istrinya murah hati dan penuh keyakinan. Lalu, mengapa Tuhan tidak menghalangi peluru-peluru itu? Mengapa Ia membiarkan sang isteri tertembak? Dan mengapa Tuhan membiarkan sang suami meninggal? Pada tanggal 27 Mei 2001, sementara merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-18 di sebuah tempat peristirahatan tepi pantai, Martin dan Garcia ditahan sebagai sandera oleh teroris. Para penahannya merantai pasangan itu kepada para penjaga, menyuruh mereka berjalan melalui hutan-hutan belantara, dan menjatah makanan mereka. Mereka menanggung tujuh belas pertempuran senjata dan selama lebih dari empat ratus hari berlari untuk menyelamatkan nyawa a...

Ujian Telah Selesai

“Yono! Apa Kabar? “ “Baik-baik saja, Pak Pendeta“ “Sekarang tinggal di Majalaya, Pak Pendeta“ “Bekerja? “ “Ya, Pak. Habis, maklum deh. “ “Lalu? Sudah senang? “ “Kalau gajinya sih lumayan juga, Pak. “ “Lalu apanya lagi? “ “Ya, seenak-enaknya orang kerja, Pak, tentu masih lebih terhormat orang bersekolah. Saya sering merasa iri, bahkan tidak jarang rendah diri, melihat teman-teman yang masih bersekolah." Pembaca yang kekasih . Bahwa Yono punya tekad yang kuat untuk bersekolah, ini tentu apa salahnya. Tetapi pendapat bahwa bersekolah itu jauh lebih terhormat, pada hemat saya layak kita jadikan masalah. Bahwa ada orang bercita-cita untuk sekolah setinggi-tingginya, ini mengang sudah semestinya. tetapi kalau misalnya terpaksa harus bekerja, benarkah ini namanya kegagalan semata-mata? Kita perlu cemas, kalau semakin lama sekolah lebih merupakan sarana untuk mengejar prestise, daripada untuk mencapai prestasi. Seolah-olah martabat itu ditentukan oleh gelar atau kedudukan, dan bukan ole...

Ujian Keberhasilan

Ujian kehidupan datang tidak dalam bentuk penderitaan, pergumulan, dan tekanan hidup yang berat. Ujian kehidupan juga bisa datang dalam bentuk keberhasilan, kelimpahan, dan masa kejayaan. Pada kenyataannya hanya sedikit orang yang tetap tahan uji ketika mengalami masa-masa keemasan di dalam hidupnya. Sebagian besar orang jatuh dalam kesombongan dan menyalahgunakan berkat untuk berbuat dosa. Muhammad Ali dikenal sebagai petinju kelas berat yang sangat hebat. Dia memenangkan 56 dari 61 pertandingan dan 37 diantaranya diraih dengan meng-KO musuhnya. Ketika berada di puncak kejayaan seperti itulah Muhammad Ali dikenal sebagai petinju yang sangat sombong bahkan dia dijuluki Si Mulut Besar. Salah satu ucapannya yang terkenal adalah, “I am the greatest!” (Akulah yang terbesar). Mike Tyson juga tak jauh beda dengan Ali. Tyson memang dikenal sebagai petinju yang tidak banyak bicara, namun setelah dia menjadi juara dunia kelas berat, sikap dan gaya hidupnya mulai berubah. Apalagi ketika Cus D....

Kasih, Dasar dari Hubungan - Bagaimana Cara Kita Melihat Allah

Ketika kita mengasihi seseorang, sangat mudah bagi kita untuk membagikan diri kita dan apa yang kita miliki. Prinsip yang sama juga berlaku dalam hubungan kita dengan Allah. Alkitab seringkali menyebutkan Daud adalah seorang yang berkenan di hati Allah. Walaupun Daud tidak sempurna, tetapi ia mengasihi Allah dan memiliki hubungan yang dekat dengan Allah. Dan dalam Mazmur 51 : 18 – 19, kita menemukan bahwa Daud menemukan rahasia hubungan antara manusia dan Allah: “ Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya.   Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah ” Daud menemukan prinsip bahwa hanya dua korban yang selalu diterima Allah, yaitu: (1) jiwa yang hancur dan (2) hati yang patah dan remuk. Allah tidak menginginkan orang yang hanya taat secara lahiriah dan terpaksa. Apakah saya melihat Allah seperti seorang bos yang kaku, jahat, yan...

April 24 - Easter - Pascha - Paskah

ε ἰ  δ ὲ  Χριστ ὸ ς ο ὐ κ  ἐ γήγερται,  ματαία  ἡ  πίστις  ὑ μ ῶ ν, [ ἐ στίν],   ἔ τι  ἐ στ ὲ   ἐ ν τα ῖ ς  ἁ μαρτίαις  ὑ μ ῶ ν. And  if Christ be not risen again, your faith is vain : for you are yet in your sins. وَإِنْ لَمْ يَكُنِ الْمَسِيحُ قَدْ قَامَ،  فَبَاطِلَةٌ كِرَازَتُنَا وَبَاطِلٌ أَيْضًا إِيمَانُكُمْ، Dan  jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu  dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus” Tanpa kebangkitan, iman Kristen hanyalah musrik, palsu, bidat, sesat dan khianat terhadap ke-esa-an Allah. Tanpa kebangkitan, 3 tahun pelayanan, khotbah, mujizat, dan penyaliban hanyalah hal gagal semata, yang menyesatkan orang banyak, pintu neraka bagi banyak jiwa yang ingkar kepada ke-esa-an Allah. Tanpa kebangkitan, Yesus hanyalah bohong besar: ωσπερ γαρ ην ιωνας εν τη κοιλια του κητους...

Dikuduskanlah Nama-Mu?

Pada zaman edan seperti saat ini, sudah tidak ada lagi yang kudus. Semuanya sudah dekil, kotor, dan tercemar – walaupun dibilas dengan Rinso Antinoda. Sudah tidak ada lagi orang yang bisa kita hormati, walaupun seharian penuh kita sibuk dan berusaha memoles nama kita agar bisa dihormati dan dimuliakan orang-orang di sekitar kita. Oleh sebab itu, percuma kita ngoceh pulihan kali sehari “Dikuduskanlah Nama-Mu” sampai tuh mulut berbuih. Karena boro-boro bisa menghayatinya, nyaho juga kagak maknanya! Sebenarnya dengan doa yang terdiri dari 2 kata saja, “Dikuduskanlah Nama-Mu”, sudah komplit dan sudah mencakup segala-galanya; karena doa itu tidak perlu bertele-tele dengan kata yang berbunga-bunga agar orang-orang di sekitar kita bilang, “Hebat oooo…oi!” Dikuduskanlah Nama-Mu , itu sebenarnya bukan suatu permohonan, karena nama Allah itu sudah kudus dari sononya. Ucapan tersebut adalah suatu pernyataan, suatu komitmen untuk memuliakan nama Dia. Dalam dua kata itu sudah tercakup semua: ...