Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2011

Khalid ibn Al Walid (خالد بن الوليد)

Khalid bin al-Walid Khalid terlahir sebagai seorang Quraish dari Mekkah, (lahir 592– wafat 642), sebuah klan yang melawan Muhammad. Ia memegang peran pada pertempuran Uhud yang dimenangkan pasukan Mekkah. Setelah masuk Islam, setelah perjanjian Hudaybiyyah, ia ikut dalam beberapa pertempuran bersama Muhammad. Posisinya dalam pasukan ada pada Mobile Guard (Garda Mobil,  Mutaharrik Tulaiha ). Ia secara pribadi memegang kendali atas pasukan tersebut. Mutaharrik Tulaiha Pertempuran Awal Uhud - Perang parit - Hudaybiyyah - Mu'tah - Ta'if - Hunayn - Mekkah – Tabuk Perang Rida Buzakha – Ghamra – Yamama – Zafar – Daumat-ul-Jandal –Naqra Ekspedisi melawan Kerajaan Persia Chains – River – Walaja – Ullais – Hira – Ein-ul-tamr –Daumat-ul-Jandal – Muzayyah – Saniyy – Zumail – Firaz Ekspedisi di Romawi Siria Firaz – Qarteen – Bosra – Ajnadayn – Marj-al-Rahit –Damascus – Maraj-al-Debaj – Fahl – Emesa –Yarmouk –Jerusalem – Hazir – Aleppo Kampanye di

Pertempuran Ullais, pertempuran dimana sungai menjadi darah.

Pertempuran Ullais , terjadi pada pertengahan bukan Mei 633 di Irak, antara Khalifah Rasyidin melawan Kekaisaran Persia, sering dinamakan sebagai Pertempuran Sungai Darah, akibat banyaknya korban dari pasukan Sassanid dan Arab Kristen. Merupakan pertempuran terakhir dari empat pertempuran berturut-turut yang terjadi antara Islam dan tentara Persia. Pertempuran tersebut berakhir dengan mundurnya pasukan Sassanid Persia dari Irak yang mengakibatkan Irak menjadi daerah kekuasaan baru bagi Khalifah Rasyidin. Latar Belakang  Setelah kalah dari pertempuran Walaja, pasukan Arab Kristen yang selamat dari pertempuran menyeberangi sungai Khaseef (sebuah anak sungai dari Efrat) dan bergerak diantaranya dan sungai Efrat. Perjalanan mereka berhenti di Ullais 10 mil dari lokasi pertempuran Walaja. Pasukan Muslim waspada atas kehadiran mereka, tetapi karena mereka jauh lebih sedikit dan merupakan sisa-sisa dari pertempuran Walaja, neraka tidak dianggap berbahaya. Namun ketika mereka mulai kembali b

Dikuduskanlah Nama-Mu?

Pada zaman edan seperti saat ini, sudah tidak ada lagi yang kudus. Semuanya sudah dekil, kotor, dan tercemar – walaupun dibilas dengan Rinso Antinoda. Sudah tidak ada lagi orang yang bisa kita hormati, walaupun seharian penuh kita sibuk dan berusaha memoles nama kita agar bisa dihormati dan dimuliakan orang-orang di sekitar kita. Oleh sebab itu, percuma kita ngoceh pulihan kali sehari “Dikuduskanlah Nama-Mu” sampai tuh mulut berbuih. Karena boro-boro bisa menghayatinya, nyaho juga kagak maknanya! Sebenarnya dengan doa yang terdiri dari 2 kata saja, “Dikuduskanlah Nama-Mu”, sudah komplit dan sudah mencakup segala-galanya; karena doa itu tidak perlu bertele-tele dengan kata yang berbunga-bunga agar orang-orang di sekitar kita bilang, “Hebat oooo…oi!” Dikuduskanlah Nama-Mu , itu sebenarnya bukan suatu permohonan, karena nama Allah itu sudah kudus dari sononya. Ucapan tersebut adalah suatu pernyataan, suatu komitmen untuk memuliakan nama Dia. Dalam dua kata itu sudah tercakup semua: